Badan Otorita Borobudur Lakukan Pendampingan Pengelola Pariwisata

Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita didampingi Plt Kepala Disparpora Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso dalam sebuah acara (Istimewa)

MAGELANG (wartamagelang.com) – Ditengah masih merebaknya pandemi Covid-19, empat destinasi wisata di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, siap beroperasi kembali. Pasalnya, Badan Otorita Borobudur telah selesai melakukan pendampingan Self Delcare Pelaku Destinasi Wisata menuju Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

“Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang siap menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Jadi para pengelola destinasi wisata ini setelah mendapakan pelatihan dan pendampingan maka mereka siap declare,” kata Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita, kemarin.

Indah mengemukakan, kegiatan Sosialisasi, Pelatihan, Pendampingan, dan Self Declare Adaptasi Kebiasaan Baru dilakukan berupa implementasi protokol Adaptasi Kebiasaan Baru, penghitungan carrying capacity, alur wisatawan, pemetaan zonasi wisatawan, dan taffic management di destinasi wisata.

“Selain itu, BOB juga telah memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam menunjang implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru kepada pengelola wisata di Kabupaten Magelang,” tuturnya.

Indah menjelaskan, sebagai persiapan menuju New Normal Tourism maka beberapa perlu dilakukan penyesuaian tata laksana kunjungan wisatawan sesuai dengan aturan dan protokol kesehatan di daya tarik wisata. Protokol kesehatan yang telah disusun pun, kata Indah, perlu disosialisasikan kepada pengelola daya tarik wisata agar bersiap dan sebagai upaya untuk memenuhi protokol tersebut.

“Jadi pemenuhan protokol tersebut akan dilakukan dan dikawal agar sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya daya tarik wisata yang telah memenuhi protokol akan mendapatkan pengakuan berupa sertifikat Self Declare dari lembaga sertifikasi sehingga akan meningkatkan rasa kepercayaan kepada wisatawan saat berkunjung ke daya tarik wisata,” tandasnya.

Indah merinci, sekitar 50 peserta pengelola empat destinasi wisata di Kabupaten Magelang yang mendapatkan pendampingan dan dilaksanakan dalam tempo berbeda-beda. Seperti 20 peserta pengelola Desa Wisata Kenalan yang mendapat pendampingan 14 sampai 20 September, lalu 10 pengelola Desa Wisata Ketep Pass (16-28 September), 10 orang pengelola Desa Wisata Banyuroto (16-28 September), 10 orang pengelola Desa Wisata Wulunggunung (16-28 September).

Sementara Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan Badan Otorita Borobudur Bisma Jatmika mencatat untuk kerugian sektor pariwisata di Jawa Tengah akibat pandemi sampai Maret tahun 2020 sebesar Rp 33 Milyar. Disamping itu, kata Bisma, terdapat 690 destinasi wisata terpaksa ditutup dan 275 destinasi yang terlapor dampak langsung pandemi ini.

“Dari Desa Wisata yang ada di Jawa Tengah pun sebanyak 441 Desa Wisata terdapat 139 Desa Wisata yang terpaksa ditutup untuk penyesuaian pandemi ini,” urainya.

Bisma menambahkan, disisi lain ada sebanyak 14.367 tenaga kerja parekraf yang langsung terdampak dengan jumlah 21.117 orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja dan 276 Orang yang terpaksa dikurangi jam kerjanya.

“Wabah global ini memaksa manusia untuk memproduksi tatanan baru bagi seluruh aspek kehidupan. Industri pariwisata yang terlahir dari pergerakan manusia harus melakukan penyesuaian baru. Berbagai kebijakan pembatasan baik tingkat nasional maupun daerah yang diberlakukan untuk mencegah menyebarnya virus tersebut akhirnya mempengaruhi laju pergerakan industri pariwisata,” ucapnya.

Bisma mengemukakan, dengan kondisi tersebut industri pariwisata dipaksa berbenah dan menyusun strategi pemulihan pasca pandemi dengan tetap mengedepankan konsep Sustainable Development Goals. Menurutnya, dampak pandemi yang berlangsung terutama pada sektor pariwisata memaksa adanya kebaharuan strategi untuk membangkitkan kembali industri yang diyakini sebagai pemicu moda pergerakan perekonomian masyarakat. Pelaku usaha pariwisata sudah selayaknya diberi stimulus untuk membangkitkan kembali usaha yang dijalaninya.

“Konsep pariwisata ramah lingkungan sudah saatnya diterapkan dengan menggunakan prosedur ataupun protokol Kesehatan yang sudah disusun oleh beberapa ahli,” jelas dia.

Bisma berujar, salah satu upaya untuk menggerakan kembali semangat optimisme pelaku wisata adalah dengan pemberian pelatihan sebagai sarana peningkatan pengetahuan keilmuan yang terkait dengan adaptasi kebiasaan baru. Pada akhirnya daya tarik wisata yang telah memenuhi protokol akan mendapatkan pengakuan berupa sertifikat Self Declare sehingga akan meningkatkan rasa kepercayaan kepada wisatawan saat berkunjung ke daya tarik wisata

“Narasi positif harus segera dimunculkan untuk membuat kepercayaan masyarakat menyambut adaptasi kebiasaan baru sektor parekraf,” tukasnya (coi/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)