Suraji Geluti Dunia Lawasan Puluhan Tahun

BARANG LAWASAN : Suraji dengan barang lawasannya di rumahnya di Kampung Jagoan, Kota Magelang (Bagus Priyana/wartamagelang.com)

MAGELANG (wartamagelang.com) – Barang lawasan atau klitikan kadang dipandang sebelah mata. Tapi siapa sangka, tak sedikit orang yang menggeluti dunia itu dan bahkan menjadi mata pencahariannya.

Seperti hal yang dilakukan oleh Suraji, warga Jl. Sunan Gunung Jati no. 438 RT 5 RW 5 Kampung Jagoan, Jurangombo Utara Kec. Magelang Selatan, saat ditemui secara khusus wartamagelang.com pada Minggu (21/08/2021).

Suraji menceritakan awal mula menggeluti dunia lawasan tersebut. Ia memulainya pada tahun 1997 sebagai usaha sambilan di samping bekerja di toko mas di kawasan Pecinan.

Suraji lalu berjualan di pinggir Kali Manggis pada tahun 1998 di kawasan yang dikenal dengan sebutan ‘PE’ atau Pabrik Es. Di tempat itu, ia berjualan sepeda baru.

Tadinya, ia menyangka jika berjualan barang lama, tidak laku hingga pada suatu ketika Suraji berhasil menjual sebuah lukisan lengkap dengan piguranya senilai Rp850.000,-. Padahal lukisan tersebut ia beli sehaega Rp3.500,-.

“Lukisan itu bisa laku mahal karena terbuat dari emas muda,” ujar Suraji.

Dari keuntungan itu ia bisa ‘kulakan’ barang-barang lawasan lainnya seperti gelas kristal, lampu kerek, meja kursi dll. Lalu ia meninggalkan berjualan sepeda dan fokus berjualan barang-barang lawas.

Suraji pun berburu barang lawasan  berkeliling ke berbagai tempat bersama kawannya, misalnya ke Purworejo, Kebumen, Wonosobo, Parakan, Temanggung, dan Magelang.

Pernah ia memborong barang-barang lawas dalam 1 rumah senilai Rp2,2 juta dengan barang berupa buffet, mebel, lampu, pakaian, tempat tidur, barang bala pecah, dll. Ia mengeluarkan beaya untuk makelar Rp200 ribu, ongkos angkut Rp300 ribu, total Rp2,7 juta.

“Laku Rp24 juta,” ungkapnya.

Pernah juga Suraji dapat borongan 1 rumah seharga Rp4,6 juta yang berisi mebel, pakaian, bala pecah dll dan dijual lagi secara eceran senilai Rp18 juta.

Suraji juga membeli kayu jati bekas, misalnya belandar yang ia beli Rp10 ribu per meter dan dijual Rp40 ribu. Kalau sekaran beli Rp40 ribu dan dijual lagi sekitar Rp60-70 ribu per meter.

Untung menambah pengetahuannya, Suraji pun tak segan untuk belajar kepada kawan-kawannya yang lebih paham misalnya tentang radio, piring, mebel dan lain-lain.

Dunia yang ia geluti tak selamanya membuatnya selalu memberikan keuntungan. Ia pun pernah mengalami kerugian karena keteledorannya dalam menyimpan barang. Misalnya ia membeli meja kursi senilai Rp300-400 ribu sebanyak 4-5 set dan jendela senilai Rp600-700 ribu, total nilai barang senilai Rp10-15 juta.

“Karena diletakkan di belakang rumah, barang-barang itu kena panas hujan jadi rusak,” katanya.

Hal itu terjadi karena ia tak sempat ‘ngopeni’ karena kesibukan betburu barang dan membeli borongan.

“Akhirnya ya cuma jadi kayu bakar,” tutur Suraji.

Suraji pun tak menyesali, malah menjadi motivasi untuk mencari barang-barang lawas lebih serius. Ia bisa berangkat pukul 07.00 dan pulang pukul 21.00 wib. Meski kadang-kadang belum tentu mendapat barang yang dicari. Tapi setidaknya ada 1 atau 2 barang yamg dibawa pulang.

Pada tahun 2006 ia berhenti dari dunia lawasan dan beralih profesi menjadi kenek angkutan kota. Saat ia mempunyai anak ke 4 dan menimbang jika bekerja di angkutan kota banyak resikonya, ia kembali ke dunia lawasan pada tahun 2010.

Ia pun mencari barang untuk dijual. Kadang barang milik teman ia jualkan, kadang Suraji mencari barang sendiri.

Bahkan karena ramainya yang mencari barang, dari pagi sampai jam 3 pagi tamu tidak berhenti datang ke rumahnya untuk mencari barang. Tamunya berasal dari Klaten, Solo, Semarang dll.

Tamu-tamu yang datang banyak yang mencari lampu, buku dll. Kalau ia tidak punya, ia akan berusaha mencarikan barang yang dicari ke kawannya yang lain.

ASYIK MENCOBA : Suraji dengan barang lawasannya sedang asyik mencoba di rumahnya di Kampung Jagoan, Kota Magelang (Bagus Priyana/wartamagelang.com)

Di masa pandemi covid-19 ini Suraji merasakan dampaknya karena ia kesulitan untuk mencari barang dan menjualnya.

“Cari barang sulit, jualnya juga sulit,” katanya.

Ia pun lalu beralih strategi. Ia hanya mencari barang yg cepat laku misalnya buku. Hampir semua buku dibelinya termasuk komik, majalah, buku sejarah dan buku agama.

Untuk mencari barang yang ia cari, tak segan-segan Suraji berburu ke tempat penampungan barang-barang rosok.

Untuk memudahkan menjual batang dagangannya, Suraji menggelar lapak klithikan secara lesehan pintu masuk sisi utara terminal Muntilan setiap hari pasaran kliwon, pon dan tanggal merah.

Selain itu, Suraji juga aktif ‘menaikkan derajat’ barang-barang lawas dengan mengikuti gelaran pameran seperti di Pasar Kangen di Jogja, Magelang Tempo Dulu (MTD), pameran di mal di Jogja dan Sleman.

“Animo masyarakat lebih tinggi di tempat outdoor dari pada di indoor,” tegasnya.

Dari dunia lawasan yang ia geluti, Suraji pun berhasil membangun rumah, meskipun dana yang terkumpul untuk membangun berasal dari bantuan, pinjaman dan hasil menjual barang simpanannya.

Ia pun berharap, masa pandemi covid-19 ini semoga segera selesai agar ia dan kawan-kawannya yang menggeluti dunia lawasan bisa bangkit lagi dan pameran-pameran bisa digelar lagi. Jika ada yang membutuhkan barang lawasan, menurutnya, bisa menghubungi dirinya di nomor 085742819604.

“Biar dunia lawasan bisa berjalan lagi,” pungkasnya (bgs/aha/wq)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)