Riwayat Masjid Payaman Kec. Secang Magelang

 

Masjid Payaman yang baru diresmikan pada tahun 1935 (koleksi: Perpusnas)

Masjid Payaman yang baru diresmikan pada tahun 1935 (koleksi: Perpusnas). Desa Payaman terletak di sebelah utara Kota Magelang, masuk wilayah Kec. Secang Kab. Magelang. Desa ini tidak terlalu besar, tetapi terkenal karena bukan saja kemakmurannya tetapi juga karena di sana ada seorang ulama besar yaitu Kiai Haji Sirat yang mempunyai banyak santri.

Beliau tidak saja ahli dalam ilmu agama, tetapi juga ilmu duniawi. Sehingga kaum muda dan priyayi banyak yang tertarik hatinya untuk menuntut ilmu agama dari beliau.

Mesjid yang baru dibangun ini bisa menampung 600 jemaah dan peresmiannya dihadiri antara lain oleh Bupati Danusugondo, Asisten Resident Mr. Quartero, arsitek yang mendirikannya Muis dan K.H. Sirat. Peresmian masjid ini disaksikan oleh banyak orang.

Di depan masjid terdapat kolam air untuk bersuci tetapi dengan adanya kolam itu dikhawatirkan justru akan menyebabkan penyebaran penyakit kulit.

Berikut kutipan aslinya dari majalah Pandji Poestaka 1935 koleksi Perpusnas RI.

Masjid Payaman yang baru diresmikan pada tahun 1935 (koleksi: Perpusnas)

“MESDJID BAROE DI PAJAMAN MAGELANG”
Pemboekaan mesdjid baroe adalah bagi pendoedoek Moeslimin soeatoe sa’at jang menggerakkan hatinja. Boekankah mesdjid itoe tempat mereka menjembah Toehannja!

Begitoelah djoega halnja di Pajaman, soeatoe désa disebelah oetara kota Magelang. Pajaman itoe tiada berapa besarnja, tetapi terkenal: tidak sadja karena ma’moernja, tetapi djoega karena di sana ada seorang ‘alim besar. Kiai Hadji Sirat namanja.

Anak santerinja banjak. K. H. Sirat
tidak sadja alim ‘ilmoe agama, tetapi konon kabarnja ‘alim djoega ‘ilmoe doeniawi. Hingga kaoem jang biasa orang namai kaoem moeda dan prijaji, banjak jang tertarik hatinja dan menontoet peladjaran agama dari pada beliau.

Lain dari pada itoe dibelakang mesdjid itoe dimakamkan ketoeroenan Boepati Magelang. Desa Pajaman itoe sekarang mempoenjai mesdjid baroe dan bagoes.

Lihatlah gambarnja disebelah ini. Mesdjid itoe dari gambarnja hingga didirikannja dikerdjakan oleh seorang architect. Soedah tentoe rapi dan bérés. Didalamnja moeat 600 orang.

Ketika mesdjid itoe diboeka dihadiri oleh k. Boepati (memegang topi helm), t. Assistent Resident Mr. Quartero (disebelah kiri k. Boepati). Architect jang mendirikannja, toean Muis (berbadjoe hitam), toean K. H Sirat (hadji kanan). bestir desa dan banjak pendoedoek désa.

Karena melihat mesdjid jang sebagoes itoe, kami teringat akan beberapa hal jang sepandjang hemat kami baik diperhatikan oleh ketoea-ketoea mesjid.

Pertama-tama kolam tempat orang mengambil air sembahjang. Segala tangan segala moeka dan segala kaki, djangan diloepakan segala moeloet, ditjoetji orang disitoe.

Benar air banjak (lebih dari doea koelah) boleh disaoek, djadi menoeroet sjara’ agama soetji mentjoetjikan, tetapi djika dilihat dari katja mata kebersihan biasa, apa poela oleh katja mata kedoktoran, kami rasa hal itoe soedah lama benar patoet dioebah.

Entah soedah berapa banjak orang djadi koerbannja. Ketoelaran sesoeatoe penjakit koreng, sakit mata, t.b.c. dll.

Kedoea kalau disetasion retiradenja : rettrade itoe kebanjakan tidak bertimbal keadaannja dengan kesoetjian mesdjidnja.

Ketiga memboeang loedah didalam mesdjid. Benar disitoe disediakan tempolong, tetapi dipemandangan mata dan diperi kesehatan, kami rasa berloedah-loedah itoe tidak mendjadi perhiasan dan tidak meninggikan kehormatan mesdjid itoe.

Kami harap beberapa hal diatas ini sebeloemnja soedah memang diperhatikan oleh ketoea mesdjid baroe di Pajaman, agar soepaja kebagoesannja dapat bersinar seterang-terangnja.

Masjid Payaman di masa kini. Tetap mempertahankan keasliannya meski usianya sudah 86 tahun.

(bgs)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)