Laku Prihatin Nasib Indonesia, Seniman Magelang Raya Larung Sengkala

DILARUNG : Seniman Magelang Raya (Kota dan Kabupaten Magelang) beserta Komunitas Lima Gunung, melakukan Larung Sengkala Donga Kali di Sungai Progo (Istimewa)

MAGELANG (wartamagelang.com) Kondisi bangsa dan negara yang diguncang bencana wabah covid-19 serta permasalahan lain, membuat prihatin para seniman budayawan Magelang Raya. Untuk itu, laku prihatin para seniman Magelang Raya dengan Donga Kali (Larung Sengkala) di Sungai Progo, Rabu (25/11).

Laku prihatin ini dengan harapan bahwa sengkala atau keburukan segera sirna dari bumi Indonesia. Sengkala atau keburukan sendiri berwujud karakter wayang prajurit Betari Durgo dan dilarung ke aliran Kali Progo. Selain itu, kendi berisikan potongan rambut dari lima gadis kampung juga ikut dilarung.

Sebelum dilakukan larung, wayang dimainkan bersama tokoh semar oleh dalang Susilo Anggoro di Pendhapa Sasana Pamardi Budaya di Kampung Meteseh Utara Kelurahan Magelang Kota Magelang. Tokoh Semar sebagai sosok dewa yang menjelma menjadi manusia dan mengusir prajurit Betari Durgo agar tidak lagi membuat keburukan di bumi.

Selanjutnya, wayang bersama-sama para seniman dikirab menuju pinggir Sungai Progo. Disela-sela kirab, para seniman juga perform di hutan sengon. Usai tiba di pinggir sungai, wayang karakter prajurit Betari Durgo pun langsung dilarung ke sungai. Setelahnya kendi berisikan potongan rambut lima gadis kampung pun ikut dilarung.

“Dalam kirab dan proses melarung kita sambil berdoa agar keadaan yang sekarang kita hadapi ini segera sirna. Kita sedang dihadapkan pada pandemi Covid-19, kondisi Gunung Merapi juga ada gejala mau meletus, maka kita berdoa agar terhindar dari malapetaka,” ujar Dalang sekaligus Pimpinan Pendhapa Sasana Pamardi Budaya Kota Magelang Susilo Anggoro.

Susilo menuturkan, sengkala beraura negatif dan semua itu ulah dari demit, jin, dan setan. Dalam dunia budaya, sengkala dimaksudkan seperti betara kala dan betari durgo.

“Maka, kita coba meruwatnya dan melarungnya di Sungai Progo. Kenapa Sungai Progo, karena sungai ini merupakan sungai kuno yang aliranya lurus sampai ke Laut Selatan. Harapannya, segala aura keburukan itu hilang mengikuti arus sungai sampai ke selatan,” ungkapnya.

Susilo menuturkan, dalam laku prihatin ini melibatkan Komunitas Lima Gunung, Sanggar Arumsari, dan Sanggar Srikandi. Karena di masa pandemi, kata Susilo, prosesi ini tidak mengundang penonton, bahkan tempat kegiatan pun dirahasikan.

“Sengaja kita rahasikan dan tidak mengundang penonton, karena khawatir kalau kita publikasikan bebas bisa terjadi kerumunan. Dalam ritual budaya pun kita terapkan protokol kesehatan,” ujarnya.

Ketua Komunitas Lima Gunung Supadi Haryanto menuturkan, Donga Kali Larung Sengkala ini merupakan gerakan bersama seniman di Magelang. Laku budaya ini, kata Supadi, untuk mendoakan agar kondisi bangsa dan Negara yang penuh keprihatinan bisa segera berakhir.

“Kita senantiasa berdoa agar semua dihindarkan dari segala bencana, diberi kesehatan dan keselamatan. Kondisi Gunung Merapi sedang siaga, maka diharap nanti tidak sampai membawa korban di Magelang dan sekitarnya,” imbuhnya (coi/aha)

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)